penerapan TIK di Madura



oleh : Reyna Apriliana


Disadari atau tidak, dewasa ini penggunaan IT (Information Technology) di dalam kehidupan manusia memegang peran yang begitu penting.

Semula berawal ketika ditemukannya transistor pada tahun 1948 oleh Shockley, Bardeen, dan Brattain, yang ketiganya ilmuwan Bell Laboratories di Amerika Serikat. Sejak itulah terjadi peralihan yang cukup signifikan dari teknologi elektro-mekanik menjadi teknologi mikroelektronika. Semula alat-alat atau komponen yang memiliki ukuran fisik besar, telah tergantikan dengan hadirnya IC (Integrated Circuit) melalui penerapan teknologi mikro tadi. Bahkan saat ini teknologi mikro sudah mulai “ketinggalan jaman”, sebab telah lazim dipakai teknologi yang lebih mutakhir dari sebelumnya, yakni nano-technology pada pengimplementasian mikroprosesor.

Namun demikian, berbicara mengenai perangkat keras (hardware) belumlah cukup jika tidak memasuki ranah perangkat lunak (software) dan penggunanya (brainware/user). Sebab, IT sendiri dibangun oleh ketiga elemen penting diatas. Perangkat keras yang canggih sekalipun, tidak akan berarti apa-apa jika tidak dioptimalisasi dengan penggunaan software yang berkesesuaian dengan fungsinya. Begitu juga ketika perangkat keras dan lunak memiliki spesifikasi diatas rata-rata, manfaat keduanya tidak akan signifikan jika tidak didukung oleh brainware/user (baca : sumber daya manusia) yang berkompeten.

IT telah memberi solusi dalam penerapan sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan aspek kecepatan, efektifitas dan validitas data/informasi tanpa menghiraukan unsur efisiensi. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dari pemberdayaan sistem dan penggunanya. Atas dasar itulah, seluruh bidang kehidupan manusia saat ini mulai menerapkan pendekatan IT yang aplikatif.

Apalagi sejak diperkenalkannya sistem jaringan komputer yang terdistribusi (baca : internet). Dengan IT seakan memberi “dunia” baru yang akrab kita dengar sebagai “dunia maya”. Internet ibarat sebuah gong dibukanya segala informasi yang ada di jagad raya ini secara global. Sebab, tren IT pada era datar seperti saat ini berarti, manusia sebagai sentral dalam proses produksi harus melandasinya berdasar pada pengetahuan ( knowledge based ) yang berfokus pada informasi ( information focused ).

Tidak kita pungkiri memang, dunia IT juga memberikan dampak yang negatif bagi masyarakat informasi akhir-akhir ini dan di masa perkembangannya. Hal itu terjadi karena sebagian user memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda ketika mereka bersentuhan dengan IT. Dampak negatif itu juga dipertegas dengan kurangnya pemahaman user terhadap etika ketika berinteraksi dengan IT. Namun terlepas dari penyalahgunaan IT untuk tujuan kejahatan ( cyber crime ), akan terasa bijak kiranya jika kita memanfaatkan dan memberdayakan IT untuk kepentingan kemaslahatan bagi umat.

Lalu perkembangan dan penetrasi IT di Madura sendiri sekarang ini sudah seperti apa? Memang secara general, IT di Madura masih dalam tahap membangun. Namun kesadaran akan pentingnya IT di Madura, membuat seluruh pihak yang berkepentingan dan berkompeten selalu mencari formulasi jitu dalam memasyarakatkan IT . Tujuannya, bagaimana membuat IT dikenal –familiar, dan menjadi bagian penting yang dapat menunjang dan menaikkan mutu kehidupan orang-orang di Madura. Apalagi, Jembatan Suramadu sudah ada di hadapan kita. Isu yang beredar, Jembatan Suramadu sanggup meningkatkan akselerasi pembangunan serta industrialisasi modern di Madura karena terjadi mobilitas yang lebih cepat daripada sebelumnya –karena akses jalan masih menyeberangi laut.

Industrialisasi modern di Madura jelas saja membutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan teknis tentang dunia industri yang berbasiskan IT. Sebab industri ke depan pastinya akan mengarah kepada otomatisasi dan presisi pada operasionalnya. Namun bagaimana jika SDM lokal di Madura belum sepenuhnya dibekali oleh pemahaman tentang IT? Sedangkan pengimplementasian IT sudah menjadi standar mutu terhadap sebuah hasil produksi?

Sudah menjadi tugas kita semua -masyarakat informasi, dalam upaya pemerataan IT di kawasan Madura. Hal itu supaya tidak terjadi kesenjangan dijital (digital divide ) yang kian tajam antara masyarakat yang mengetahui IT dengan masyarakat yang sama sekali tidak memahami. Memang seharusnya ujung tombak utamanya berada pada lembaga-lembaga pendidikan yang concern terhadap IT di Madura. Sebab, lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Meskipun masyarakat sebenarnya bisa memperkenalkan IT secara swadaya, yakni dengan membangun komunitas-komunitas yang berbasiskan IT.

Penerapan IT pada lembaga pendidikan di Madura sudah seharusnya menjadi bagian dari aktivitas sehari-harinya. Karena menurut Tony Bates (1995), teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi. Teori ini sangat revelan jika kita melihat manfaat yang dirasakan pada pengaplikasian IT di dunia pendidikan, baik bagi narasumber dan naradidik, serta lembaga secara umum.

Ambil contoh saja yaitu tentang e-learning. Menurut Rosenberg (2001), e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Sedang Darin E. Hartley (Hartley, 2001) berpendapat bahwa e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampainya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lainnya.

Singkat kata, titik fokus terhadap e-learning memang mengacu pada penggunaan media elektronik (komputer) yang terhubung (jaringan). Sehingga metode belajar seperti ini setidaknya sanggup memberikan sebuah opsi dalam cara penyampaian materi pembelajaran. Memang beberapa keuntungan yang akan didapat berupa otomatisasi yang menyangkut :
1. Kemudahan penyampaian materi.
Hal ini dikarenakan pemateri cukup menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada, baik perangkat keras dan perangkat lunaknya. Sehingga tingkat akurasi penyajian data dapat tersampaikan dengan baik.
2. Pemaparan materi bersifat multi representasi.
Dengan adanya fasilitas multimedia (teks, audio, visual, animasi) diharapkan menjadi sarana belajar yang efektif dan menyenangkan. Setiap detil materi yang direpresentasikan terhadap media tertentu, dapat tersajikan –bahkan mendekati kondisi riilnya.
3. Feedback dan interaktivitas.
Wahana belajar multimedia memungkinkan terjadinya aksi-reaksi interaktif antara pemateri dan naradidik. Sebab, fokus pemberian bahan ajar memanfaatkan media yang dapat merangsang berbagai saluran sensorik.
4. Kemudahan upgrade dan update.
Sistem pembelajaran berbasis teknologi bisa dibilang lebih mudah terhadap proses upgrade dan update.

Karena itulah teknologi, selalu menuntut perkembangan jaman seiring kebutuhan manusia dan berubahnya wajah dunia. Memang dalam hal ini perlu adanya “modal biaya” terhadap infrastruktur penunjang. Sebab, penggunaan instrumen yang “berbau” teknologi memerlukan ketersediaan dana yang tidak sedikit. Akan tetapi manfaat dan utilitas perangkat IT akan sebanding dengan biaya yang diinvestasikan.

Itu salah satu contoh saja pemanfaatan IT yang telah dipakai di bidang pendidikan. Tentunya masih banyak penerapan dibidang lainnya yang telah memberdayakan IT untuk meningkatkan produktivitas kerja. Harapannya, dengan segala keuntungan yang bisa kita peroleh dengan hadirnya IT, Madura kelak dapat mengoptimalkan proses-proses yang telah ada berkaitan dengan teknologi. Sehingga masyarakat Madura sudah benar-benar bisa keluar dari segala permasalahan yang ada terhadap penguasaan teknologi. Jadi industrialisasi pasca Suramadu, sumberdaya lokal Madura telah siap menjadi pemain utama karena telah membekali diri dengan penguasaan teknologi, khususnya IT.
Semoga..


http://didit375.blogspot.co.id/2010/03/perlunya-mengembangkan-it-di-madura.html 

Komentar

Postingan Populer